Rabu, 19 Juni 2013

Kita Bertransformasi


Analogi gunung dan kehidupan itu sudah banyak orang yang membahasnya. Tapi, aku tidak merasa tema ini basi, meskipun kerap merasa terwakili oleh tulisan orang lain. Bahkan, aku merasa perjalanan kita belum ada apa-apanya dibandingkan dengan kisah orang lain. Tuhan mengajarkan kita untuk selalu zuhud dalam memandang apapun di dunia. Jadi berusahalah untuk tetap rendah hati pada semua pencapaian hidup yang mungkin tidak bernilai apapun di mata-Nya.
Adalah jalan-jalan terjal yang mengakrabkan kita. Tanpa mereka, kita mungkin tidak mengenal sifat dan mengagumi satu sama lain. Betul, aku memang mulai mengagumimu kala mendaki. Hari ini, aku tidak menyangka sama sekali, jalan-jalan terjal itu bermakna simbolis pada hidup kita. Membina rumah tangga yang ternyata seperti meniti jalan terjal penuh tantangan sekaligus kegembiraan. Maka ingatlah, apakah kita pernah menangis kala mendaki, sekalipun tebing yang kita lewati mustahil menerbitkan senyum di wajah? Tidak! Kita tidak pernah menangis. Sebaliknya, kita selalu bergembira sambil terus bercanda untuk melupakan dingin yang menusuk tulang. Jadi kita juga tidak akan pernah menangis kala menjalani hidup sebagai suami-istri. Aku akan selalu meraih tanganmu untuk membantumu naik ke undakan berikutnya. Terus begitu, sampai nanti kita minum cokelat panas bersama-sama di puncaknya.
Tanpa terasa, akhirnya kita bertransformasi menjadi sosok baru yang beda dari sebelumnya. Sungguh, aku, kamu, sudah mulai membicarakan gunung-gunung dengan miris-melankolis, karena tahu persis kita tidak bisa mendakinya lagi seperti dulu. Bukan karena fisik yang melemah dan menua. Bukan pula karena waktu luang yang tidak ada. Tapi karena ada Nyala Matahari yang lebih kita rindukan di rumah dari sekadar sunrise hangat di puncak gunung. Betul, gadis itulah titik transformasi kita menjadi kita hari ini. Kita yang selalu hidup di dalam orbitnya. Gadis itulah yang membuat semua rencana kegiatan harus disusun ulang berdasarkan pemikiran “nala gimana?”.
Bagiku, kalian berdua hari ini dan seterusnya adalah orbit kehidupan. Tempat beribadah dan belajar memaknai hidup. Aku tidak pernah bisa membayangkan jika aku tidak bersamamu saat ini. Begitu pula dirimu yang selalu gundah saat aku tidak pulang di malam hari. Perasaan seperti itu harus selalu kita pelihara. Mungkin aku tidak pernah mengakuinya, tapi aku senang punya istri yang peresah seperti dirimu. Kau tahu, sesekali pastilah aku tidak bisa pulang ke rumah tepat waktu. Dulu aku membayangkan bakal melakoni adegan romantis seperti di film-film. Adegan saat seorang suami yang pulang larut malam lalu menemui istrinya yang sudah tertidur pulas. Adegan berikutnya tentu saja sang suami menyelimuti atau mengecup kening istrinya itu tanpa harus membangunkannya. Ternyata, kenyataannya tidak linier dengan adegan film. Selarut apapun aku pulang, kau pasti belum tidur karena khawatir. Dan belakangan aku menyadari, bahwa hal itu jauh lebih romantis daripada adegan di film-film. Betul juga, istri macam apa yang bisa tidur pulas saat suaminya belum sampai di rumah padahal sudah dini hari.
       Barakallah fi umrik istriku sayang. Semoga hari-hari berikutnya Allah selalu menuntun langkah kita. Betapa banyak orang yang terjatuh di tikungan terakhir, atau dalam bahasa kita di tanjakan terakhir. Dan semua tanjakan bakal terasa lebih ringan kalau kau bersamaku, menungguku pulang, dan menyambutku dengan hangat. (wiRa)  

3 komentar:

  1. Subhanallah...
    Suami dunia akhiran ini, mbak.
    Beruntungnya dirimu :)

    BalasHapus
  2. Cukup satu buat selamanya

    BalasHapus
  3. postingan yang berkualitas..
    very good
    http://obatherbaluntukpenyakitlupus33.wordpress.com/
    http://obatherbaluntukpenyakitcampak33.blogspot.com/
    http://obatherbaltumorotak011.wordpress.com/
    http://obatherbaltetanustradisional33.wordpress.com/
    http://obatherbalparu-parubasahmujarab33.blogspot.com/
    http://obatherbalkakigajahbengkak33.blogspot.com/
    http://obatherbaluntukfaringitis33.blogspot.com/
    http://obatherbalasamlambungkronispalingampuh33.wordpress.com/

    BalasHapus