Pernah suatu
ketika, saat kita sedang berbulan madu, kita di sebuah rumah makan bersama
sepasang suami istri paruh-baya yang duduk di bangku sebelah. Saat itu, kita
sedang menjadi sepasang pengantin baru, sedangkan pasangan suami-istri yang
kita lihat sepertinya sudah menjalani perkawinan selama 15 atau mungkin 20
tahun lebih.
Saat
itu, kita heran dengan pasangan suami-istri itu yang tidak saling berbicara,
tidak saling bercanda, seolah tidak saling mengenal. Kalau mereka pasangan
selingkuh aku pikir itu tidak mungkin. Bukankah pasangan selingkuh itu biasanya
justru sangat intim dan kadang “berlebihan”? Mereka juga tidak tampak sedang
bertengkar, karena memang sangat aneh orang bertengkar tapi memilih makan
bareng di sebuah rumah makan yang agak mahal.
Yang
tidak pernah kita tahu adalah, bagaimana mereka menjalani kehidupan rumah
tangga selama ini. Apakah sudah habis semua tema pembicaraan sampai mereka
tidak bisa lagi saling bercerita? Atau mungkin anak-anak mereka yang sudah
tidak penting untuk dibicarakan? Sungguh, ternyata tidak kali itu saja kita
melihat sepasang suami-istri yang tidak saling berbicara saat mereka jalan
berdua. Bahkan , saat mereka bersama dengan anak-anak mereka. Ada apa dengan
mereka sebenarnya?
*Pembahasan
ditunda dulu
Dua
tahun terindah dalam hidup sudah aku lewati bersamamu. Dua tahun yang sama
sekali tidak membuat kita semakin kehilangan bahan pembicaraan. Justru semakin
banyak hal yang harus kita diskusikan. Iya, bercerita adalah suatu hal yang
membuat aku dan dirimu betah untuk berkumpul di rumah. Aku tahu rasanya
ditinggal tidur saat kau masih ingin bercerita. Aku juga tahu rasanya, saat kau
sedang bercerita, tapi aku tidak konsen mendengarkan. Aku tahu semua rasanya. Karena
aku juga selalu ingin bercerita dan berbagi cerita denganmu. Saat aku pulang
terlalu malam, pastilah cerita itu akan kuberikan di pagi hari di tengah
kesibukanmu menyiapkan makanan Nala. Intinya, tidak ada cerita yang tidak aku
bagi denganmu.
Tidak
hanya bercerita, tapi juga mengeluh. Benar, mengeluh. Mungkin terdengar
negatif, tapi hanya denganmulah aku bisa mengeluhkan banyak hal. Mengeluh mengenai
kesehatan. Mengeluh tentang berat badan. Mengeluh tentang beban pekerjaan. Semua
itu hanya bisa aku keluhkan di depanmu. Begitu pula kau yang boleh mengeluh
kapanpun kau mau. Hati dan jiwaku menerima segala keluh kesah yang mungkin
tidak bisa kau tampilkan di depan orang lain. Betapapun kau sangat kuat
menjalani hidup, kau bisa mengeluh dan sakit di depanku kapan saja. Dengan itulah
kita bisa saling memberi kasih sayang yang sudah kita azzamkan dua tahun yang
lalu.
Kalau
boleh menganalisis, mungkin saja pasangan suami-istri yang kita lihat saling
tak berbicara itu selama ini memang jarang bercerita. Atau mungkin keluhan
mereka selalu tertahan di rongga dada. Orang bilang hal seperti itu akan
membuat dadamu terasa sesak. Mungkin saja . .. kita tidak pernah tahu. Hari ini
tepat dua tahun pernikahan kita. Doa-doa sudah banyak yang dilangitkan (aku
pinjam kontraksi kalimatmu). Kita tidak pernah tahu kapan Allah memanggil kita.
Seperti yang ditulis dalam lirik lagu SO7,
“hingga nanti di suatu pagi, salah satu dari kita mati . ..”. Namun, sampai
saat itu tiba, aku tidak akan pernah berhenti bercerita dan mengeluh padamu. Bodohlah
orang yang menggunakan kalimat “kita berteman saja” untuk memutuskan kekasih
mereka. Terima kasih sudah menjadi teman hidup yang sebenar-benarnya untukku. Teman
bercerita, teman berjalan, teman di segala situasi. Terima kasih, ibun cantiq. (wiRa)
Hoaa kak wira romantis,,simple tapi meaning bgt :)
BalasHapushappy anniversary
cerita yang bagus,, sangat menarik..
BalasHapusditunggu cerita selanjutnya..
open order
Obat Herbal Varikokel
Obat Herbal Lambung Bengkak
Obat Herbal Polip Hidung
Obat Herbal Anemia Akut
Obat Herbal Tumor Jinak Ampuh
Obat Herbal Cacar Air
Obat Herbal Kanker Usus Besar
Suplemen Pemutih Wajah
Obat Herbal TBC akut
Obat Herbal Keloid Ampuh